Rabu, 24 Agustus 2011

persiapan untuk anak sholeh dan sholehah

Dosamu akan berkurang dengan bantuan lantunan doa sosok yang dulu kau timang. Anak yang sholeh dan sholehah. Itu kalimat ustadz di akhir tarawih. Kutengadahkan wajah, kulihat kalimah ALLAH disana, pada batas masjid.
Anak Sholeh dan sholehah?
Kulirik perutku...dan rata saja sepertinya. Tentu saja, tak akan ada apa-apa di balik perutku. Liliput kecil berkostum putih dengan dua buah sayap dilengannya sedang terbang bebas mengitari ruang perutku. Geli! (dan plokkk...hanya angan-angan!!!)
Get It! Itu misinya. Dan jangka panjang pula
ANAK SHOLEH DAN SHOLEHAH YANG BISA MENGURANGI DOSAKU KELAK DI AKHIRAT
Menarik nafas panjang dan cukup membuatku terengah-engah. Woww, ternyata seorang lajang memikul tugas yang sangat berat. Bukan hal kecil dan sederhana jika ingin menghasilkan keberhasilan luarbiasa seperti itu. Jelaslah dibutuhkan:
  • Dua orang manusia yang beda jenis yang nantinya mereka sebut dengan "Bun....Bunda dan Yah....Ayah!" Tentu dengan kompetensi pendidik, kompetensi persahabatan, kompetensi perlindungan, kompetensi kesabaran dan mungkin kompetensi-kompetensi lain sejalur dengan lembaran kalender "SI ANAK" 
  • Habitat, populasi, komunitas, ekosistem hingga bioma yang mensupport " Si Anak" untuk berlabel sholeh dan sholehah
  • Plafon yang berjudul "GAK ADA HABISNYA". Tentu tak sedikit budget untuk menghasilkan anak berlabel "sholeh dan sholehah", untuk berlabel JUARA OLIMPIADE saja itu cukup untuk kita tengok apalagi anak dengan berlabel SHOLEH dan SHOLEHAH.
  • Manajemen waktu yang berjulukan " efisien dan tepat guna", apa yang harus kita beri pada anak berlabel "SHOLEH dan SHOLEHAH" jika perkembangan jaman begitu cepatnya (mungkin mengalahkan kecepatan cahaya). Usia X tahunn sudah pandai "ini itu" sekarang, Usia X tahun saat kita dulu baru bisa "ini ini". Ilustrasi apa yang kita tangkap saat " SI ANAK SHOLEH dan SHOLEHAH ini beranjak dewasa kelak?'
Mungkin ini hanya segelintir yang terlintas pada syaraf otak saya sekarang, semuanya akan lebih kompleks menyangkut ini. Hanya saja untuk membuat itu semua terwujud saya ( mungkin juga Anda) harus menjadi orang tua, katakanlah Ibu. Untuk menjadi Ibu, harus butuh suami ( atau sebaliknya). (Doa: dekatkanlah jodohku agar dapat menyempurnakan agamaku YA ROBB)
Seorang teman bertanya kepadaku: " Temen-temen kita udah pada punya anak, ya? kapan kamu nyusul?"
Dan saya pun menjawab : " Kalau Allah telah mempercayakan mereka untuk jadi orangtua berarti memang mereka sudah siap menurut Allah. Jika detik ini kau belum melihat darah dagingku di pangkuan mungkin memang Allah belum mempercayaiku dengan " anak itu" dan juga mungkin berarti ada hal lain yang perlu lebih dipersiapkan lagi!" jawabku panjang lebar...